manfaat surat an nur ayat 35

104 Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung. QS. Ali 'Imran. PalingSering Dicari. 1 Hadis+at+taubah+ayat+105 2 Surat almaidah ayat 48 3 Surat almaidah48 4 dalil+kitab+injil 5 dalil+kitab+zabur 6 Ad Dzariyat ayat 1 7 Surat at Taubah ayat 105 8 Al Isra ayat 26-27 9 Injil 10 YUNUS 11 ali imran 12 unta 13 hadist+al-hujurat+ayat+12 14 zabur 15 Tafsir ibnu katsir qs almaidah ayat 48 16 At taubah ayat 105 17 dalil+kitab+Al quran 18 AL maidah ayat 48 Disampingtadabbur surat al fath tersebut coba dengarkan pula tadabbur surat Fathir2-3 dan An Nur 55-56 pada artikel “Ayat Qur’an untuk membuka pintu rezeki dan Rahmat” pada blog ini . Sebaiknya semua ayat tadabbur itu ananda down load dan masukan kedalkam HP hingga bisa ananda dengarkan dimanapun ananda berada. Manfaatbacaan surat yasin ayat 9 latin dan artinya untuk mengaburkan pandangan musuhsubscribe : Waja'alnaa mimm baiyni aydiihim saddan wamin khalfihim saddann fa aghsyainaahum . Al Quran Surat 36 Yasin Yaasiin Dan Terjemahan Koleksi Chord Lirik Lagu Terlengkap from tertutup dari kebenaran, dari apa yang dapat Assalamualaikumwarahmatullahi WabarakatuhSetiap manusia memiliki pengalaman berharga dalam hidupnya,yang di mana dengan pengalaman itu banyak manusia yang m Ou Rencontrer Des Gens A Montreal. Dalam QS An-Nur Ayat 35, Allah SWT berfirman الله نور السموات والأرض، مثل نوره كمشكاة فيها مصباح، المصباح فى زجاجة، الزجاجة كأنها كوكب دري يوقد من شجرة مباركة زيتونة لا شرقية ولا غربية، يكاد زيتها يضيئ ولو لم تمسسه نار، نور على نور، يهدى الله لنوره من يشاء، ويضرب الله الأمثال للناس والله بكل شيئ عليم “Allah cahaya langit dan bumi. Perumpamaan cahaya-Nya, seperti sebuah lubang yang tidak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam tabung kaca, dan tabung kaca itu bagaikan bintang yang berkilauan, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang diberkahi, yaitu pohon zaitun yang tumbuh tidak di timur dan tidak pula dibarat, yang minyaknya saja hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya berlapis-lapis, Allah memberi petunjuk kepada cahaya-Nya bagi orang yang Dia kehendaki, dan Allah membuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” Penafsiran Quraish Shihab Prof. Quraish Shihab dalam bukunya Logika Agama tepatnya pada bab Ath-thoriq Al-isyroqy Jalur Pencerahan Batin, beliau menuturkan dengan mengutip penafsiran para sufi yang menurut beliau cukup rasional. Beliau melanjutkan penuturannya, bahwasanya para sufi itu menafsirkan ayat tersebut dengan membagi isi kandungannya menjadi 3 hal, yaitu Al-Misykat sebuah celah yang tak tertembus, Al-Mishbah pelita besar, dan Az-zujajah kaca. Lalu 3 hal tersebut disamakan dengan 3 hal dalam diri orang beriman. Yaitu Al-Misykat yang disamakan dengan jasad, Az-Zujajah yang disamakan dengan kalbu, dan Al-Mishbah yang disamakan dengan cahaya. Maksud persamaan 3 hal itu begini, jasad Al-Misykat orang beriman menampung kalbunya Az-Zujajah sedangkan didalam kalbu tersebut terdapat cahaya Al-Mishbah, yang berkat cahaya itu akan terhindar aneka kegelapan dalam kalbu orang beriman itu. Adapun kalbu yang didalamnya terdapat cahaya itu, menurut Quraish Shihab bahan bakar penerangannya dengan zaitun yang tidak tumbuh di timur maupun barat. Zaitun inilah yang dimaknai para sufi sebagai tuntunan Allah dalam Al-Quran dan dijelaskan Rosul SAW dalam hadisnya. Dengan demikian maka kalbu yang terhindar dari aneka kegelapan adalah kalbu yang senantiasa mengikuti tuntunan Allah dalam Al-Quran dan Rosul SAW dalam Al-Hadis. Sebaliknya jika kalbu itu ingkar dari tuntunan Allah dan Rosul SAW maka aneka kegelapan akan menyelimutinya. Masih pada bab Ath-Thoriq Al-Isyroqy. Prof. Quraish Shihab melanjutkan penjelasannya bahwa jalan untuk meraih kalbu yang senantiasa mengikuti Allah dan Rosul SAW dinamai para sufi dengan Assir Ilallah Jalan Menuju Allah, atau dinamai juga dengan Ath-Thoriq Al-Isyroqy Jalur Pencerahan Batin, atau bisa disingkat Thoriqot. Para sufi menjelaskan bahwa saat melakukan thoriqot haruslah melalui rukun-rukunnya, antara lain Uzlah/Menyendiri Memang dipahami sekilas makna menyendiri adalah menjadikan diri sendiri dalam keadaan tidak bersama siapapun, atau bisa juga bermakna meninggalkan segala hiruk-pikuk aktivitas sosial. Namun bukan pemaknaan seperti itu yang dimaksud para pakar sufi, menyendiri disini maknanya adalah meninggalkan segala hiruk-pikuk kehidupan yang dapat berakibat dosa tanpa meninggalkan hiruk-pikuk aktivitas sosial. Maksudnya begini, Quraish Shihab menjelaskan bahwa ketika meninggalkan segala dinamika kehidupan yang dapat berakibat dosa maka di saat bersamaan haruslah berada ditengah-tengah dinamika kehidupan itu untuk membimbing manusia agar menuju jalan yang diridhoi Allah dan Rosulnya. Allah SWT berfirman dalam Al-Hijr 94 “Maka sampaikanlah Muhammad secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan kepadamu dan berpalinglah dari orang-orang musyrik”. Dalam sebuah hadis Rosul SAW bersabda “Seorang mukmin yang bergaul dengan masyarakat dan bersabar menghadapi gangguan mereka lebih baik daripada yang tidak bergaul dengan mereka dan tidak bersabar menghadapi gangguan mereka” Ahmad Kedua nash tersebut menunjukkan keharusan bagi setiap mukmin untuk meninggalkan perbuatan dosa namun di saat bersamaan juga harus menyampaikan ajaran dan tuntunan. Serta juga menunjukkan nahwa mukmin yang bergaul di tengah-tengah dinamika kehidupan manusia itu lebih mulia dari mukmin yang tidak bergaul. Dan tidak bisa dipungkiri memang terdapat saat-saat dimana seorang mukmin benar-benar menyendiri dari segala hiruk-pikuk dinamika kehidupan. Yaitu saat-saat berdzikir dan melantunkan wirid-wirid dengan menyebut asma Allah disertai dengan merendahkan diri dan meningkatkan rasa takut terhadap keagungan dan kebesarannya. Saat-saat seperti itulah yang disebut sebagai dzikir khofiy berdasarkan firman Allah dalam Al-A’raf 205. As-Sukut/Diam Diam yang dimaksud disini adalah diamnya lisan dari segala ucapan yang tidak berguna. Seorang hamba yang melakukan thoriqot hendaknya berucap untuk hal-hal yang berguna saja. Memang diam yang dimaksud di sini sifatnya umum. Namun yang jelas, seorang hamba yang bersungguh-sungguh menjalani thoriqot ia pasti akan mempertimbangkan dahulu segala hal yang akan diucapkannya, apakah ucapan itu akan menimbulkan maslahah atau malah sebaliknya akan menimbulkan masalah. Selain itu berucap yang baik dan bermanfaat juga termasuk tanda keimanan seorang hamba, sebagaimana sabda Nabi SAW “Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah dia berucap yang baik atau diam saja” Bukhori dan Muslim Jika manusia berucap maka pastilah tidak lepas dari peran lidah sebab lidah adalah satu-satunya alat untuk berucap. Nabi SAW pernah menjelaskan tentang bahaya lidah, dalam sebuah riwayat dinyatakan nabi pernah mengilustrasikan bahwa “Anggota tubuh manusia setiap pagi mengingatkan lidah bahwa “Berhati-hatilah, karena kami berkaitan erat denganmu. Kalau engkau baik, kami akan selamat, dan kalau engkau menyimpang, kami terikut menyimpang”. At-Tirmidzi melalui Abu Sa’id Al-Khudri. Begitu juga para ulama’ telah mengingatkan tentang bahaya lidah, seperti berbicara bertele-tele tanpa manfaat, berbohong, memuji dan mencela tanpa dasar, dan lain-lain. Seorang hamba yang selalu mempertimbangkan dahulu apa saja yang akan diucapkannya secara otomatis dia telah menyadari bagaimana bahayanya lidah, sehingga tiada yang diucapkannya kecuali hanya kebaikan dan kebermanfaatan. Selain diam yang sifatnya umum, ada juga diam yang sifatnya khusus dan mutlak. Yaitu diam ketika mendengar ayat-ayat Quran, zikir-zikir tertentu, dan khutbah jumat maka diam disini sifatnya khusus dan mutlak. Para ulama’ juga menekankan diam dalam majlis jika terdapat seseorang yang dinilai lebih berpengetahuan dan lebih berwenang sedang menyampaikan ilmu dalam majlis itu, dalam keadaan seperti itu hendaklah seorang hamba diam kecuali telah datang kepadanya kesempatan untuk menyampaikan. Al-Juu’/Lapar Ada 2 nafsu yang paling sering menggoda manusia, yaitu nafsu makan dan seks. Namun yang akan dibahas di sini hanyalah nafsu makan. Dalam sebuah hadis dikatakan “Tiada satu wadah yang dipenuhkan oleh putra adam lebih buruk daripada perut. Cukuplah buat putra-putra Adam beberapa suap yang dapat menegakkan tubuhnya. Kalaupun dia harus memenuhkan perutnya, maka sepertiga buat makanan, sepertiga buat air dan sepertiganya sisanya buat pernafasannya” At-tirmidzi. Hadis diatas menunjukkan bahwa memenuhi perut dengan menuruti nafsu makan terus-menerus bukanlah sesuatu yang dianjurkan, bahkan perut telah dinyatakan sebagai seburuk-buruknya wadah untuk dipenuhi. Sehingga patutlah jika orang yang menuruti nafsu makannya terus-menerus dikonotasikan sebagai orang yang terlena dengan nafsunya serta lalai dengan hatinya. Lapar, imbuh Quraish Shihab adalah resiko dari menahan nafsu makan, adapun lapar dalam rukun thoriqot adalah lapar karena menahan nafsu makan sebagai wujud melatih kalbu agar senantiasa mengikuti Allah dan Rosulnya. Sebaliknya jika nafsu makan terus dituruti maka akan berdampak pada tertutupnya kalbu. Tentunya lapar di sini bukan berarti meninggalkan semua kebutuhan makan, tapi memenuhi kebutuhan makan tanpa melampaui batas berdasarkan firman Allah dalam Al-A’raf 31. Dalam syariat juga telah diajarkan bagaimana menjaga diri dari nafsu makan berlebihan, yaitu dengan puasa. Namun bukan puasa sepanjang masa yang dimaksud, karena itu terlarang. Akan tetapi yang dimaksud adalah puasa sunah seperti puasa Senin-Kamis dan puasa Daud, ataupun puasa wajib seperti puasa Ramadhan. As-Sahur/Bangun Malam Al-Quran telah memerintahkan langsung kepada Nabi SAW untuk bangun malam, itu berarti perintah itu juga ditujukan kepada seluruh umat Nabi SAW. Al-Quran memerintahkan bangun malam dalam waktu yang cukup lama, atau setengahnya, atau bisa juga lebih sedikit dari setengahnya, berdasarkan firman Allah dalam Al-Muzammil 1-3 “Wahai orang yang berselimut Muhammad! 1 Bangunlah untuk shalat pada malam hari, kecuali sebagian kecil 2 yaitu separuhnya atau kurang sedikit dari itu 3”. Menurut Quraish Shihab, berdasarkan nash diatas maka yang dimaksud bangun malam di sini adalah untuk beribadah kepada Allah seperti sholat malam, berdo’a, dan beristighfar. Dalam salah satu hadis disebutkan keutamaan bangun malam untuk beribadah kepada Allah “Tuhan kita turun setiap malam ke langit dunia pada sisa sepertiga malam terakhir, dan berfirman “Siapa yang akan berdo’a kepadaku agar kukabulkan do’anya? Siapa yang akan bermohon kepadaku agar kupenuhi permohonannya? Siapa yang beristighfar agar kuampuni dia?” Bukhari. Muslim, dan lain-lain. Mereka yang benar-benar telah mengamalkan thoriqot ini niscaya akan mencapai derajat arif, atau dalam istilah lain disebut irfan. Yaitu derajat yang cara pendekatan diri kepada Allah didasari oleh cinta, bukan sekedar takut kepada siksanya ataupun mengharap anugerahnya. Menurut Ibnu Sina, terdapat beberapa jenis hamba Allah berdasarkan sifat ibadahnya, antara lain Pertama adalah zahid, yaitu seorang yang meninggalkan kelezatan duniawi dengan harapan akan memperoleh kelezatan ukhrowi. Seorang zahid sebenarnya ingin menikmati kelezatan duniawi namun dengan hati yang berat dia meninggalkan kelezatan duniawi itu dengan harap memperoleh kelezatan ukhrowi nantinya. Kedua adalah abid, yaitu seorang yang tekun beribadah. Ia berharap dari tekunnya dia beribadah akan mendapatkan pahala dari Allah dan terhindar dari siksanya. Ketiga adalah arif, yaitu seorang yang jiwa raganya hanya mengarah kepada Allah semata. Seorang arif beribadah bukan untuk mendapatkan pahala dan terhindar dari siksanya melainkan semata-mata ingin mengarahkan jiwa raganya kepada Allah. Seorang arif meninggalkan kelezatan duniawi bukan karena ia berharap akan memperoleh kelezatan ukhrowi nantinya, melainkan semata-mata karena untuk menundukkan nafsunya sehingga jiwa raganya akan mencapai puncak ketenangan dan kelezatan saat mendekat kepada Allah. Demikian pemahaman saya mengenai apa yang sudah disampaikan Prof. Quraish Shihab dalam salah satu bukunya, semoga bisa menjadi manfaat bagi para pembaca baik di bulan ramadhan ini mapun di luar bulan ramadhan nantinya. Editor Yusuf 403 ERROR Request blocked. We can't connect to the server for this app or website at this time. There might be too much traffic or a configuration error. Try again later, or contact the app or website owner. If you provide content to customers through CloudFront, you can find steps to troubleshoot and help prevent this error by reviewing the CloudFront documentation. Generated by cloudfront CloudFront Request ID f1Nh54CCd8qAdXDpT3JRLleRKJpl52dBj5b9YAjCenBJiSMy96NDyA== Tafsir Jalalayn Tafsir Quraish Shihab Diskusi Dan sesungguhnya Kami telah menurunkan kepada kalian ayat-ayat yang memberi penerangan dapat dibaca Mubayyanatin dan Mubayyinatin. Artinya, telah dijelaskan di dalamnya hal-hal yang telah disebutkan tadi dan contoh-contoh yakni berita yang aneh, yaitu berita tentang Siti Aisyah dari orang-orang yang terdahulu sebelum kalian maksudnya sama jenisnya dengan berita-berita mereka dalam hal keanehannya, seperti kisah mengenai Nabi Yusuf dan Siti Maryam dan pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa yaitu dalam firman-Nya, "Dan janganlah belas kasihan kalian kepada keduanya mencegah kalian untuk menjalankan agama hukum Allah." An-Nur, 2 dan firman-Nya, "Mengapa di waktu kalian mendengar berita bohong itu orang-orang Mukmin dan Mukminat tidak berprasangka baik". An-Nur, 12. Dan firman-Nya, "Dan mengapa kalian tidak berkata di waktu mendengar berita bohong itu..." An-Nur, 16. Dan firman-Nya, "Allah memperingatkan kalian agar jangan kembali memperbuat yang seperti itu..." An-Nur, 17. Dalam ayat ini orang-orang yang bertakwa disebutkan secara khusus mengingat hanya merekalah yang dapat mengambil manfaat dari pelajaran yang terkandung di dalamnya. Sesungguhnya Kami telah menurunkan kepada kalian, dalam surat ini dan surat lainnya, ayat-ayat yang jelas dan menerangkan hukum-hukum. Kami menurunkan juga kepada kalian contoh-contoh dari ihwal umat-umat terdahulu, petunjuk dan nasihat yang dapat dimanfaatkan oleh orang-orang yang takut kepada Allah. Anda harus untuk dapat menambahkan tafsir Admin Submit 2015-04-01 021331 Link sumber Ayat ini merupakan pengagungan terhadap ayat-ayat Al Qur’an ini yang diturunkan-Nya kepada hamba-hamba-Nya agar mereka mengetahui kedudukannya dan melaksanakan haknya. Terhadap semua yang kamu butuhkan, baik perkara ushul dasar maupun furu’ cabang sehingga tidak ada lagi kemusykilan dan syubhat kesamaran. Baik yang saleh maupun yang tidak dan menerangkan sifat amal mereka serta apa yang menimpa mereka agar kamu menjadikannya pelajaran, bahwa orang yang melakukan hal yang sama akan mendapatkan balasan yang serupa. Seperti nasehat-Nya agar rasa belas kasihan tidak menghalanginya dari menegakkan hukum Allah, dan nasehat agar tidak berburuk sangka kepada orang yang baik, dsb. Di samping itu, di dalamnya pun terdapat janji dan ancaman, targhib dan tarhib. Dikhususkan kepada orang-orang yang bertakwa, karena merekalah yang dapat mengambil manfaat daripadanya. ❬ Back Next ❭ Web Taraycınız bu özelliği desteklemiyor ۞ ٱللَّهُ نُورُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ ۚ مَثَلُ نُورِهِۦ كَمِشْكَوٰةٍ فِيهَا مِصْبَاحٌ ۖ ٱلْمِصْبَاحُ فِى زُجَاجَةٍ ۖ ٱلزُّجَاجَةُ كَأَنَّهَا كَوْكَبٌ دُرِّىٌّ يُوقَدُ مِن شَجَرَةٍ مُّبَٰرَكَةٍ زَيْتُونَةٍ لَّا شَرْقِيَّةٍ وَلَا غَرْبِيَّةٍ يَكَادُ زَيْتُهَا يُضِىٓءُ وَلَوْ لَمْ تَمْسَسْهُ نَارٌ ۚ نُّورٌ عَلَىٰ نُورٍ ۗ يَهْدِى ٱللَّهُ لِنُورِهِۦ مَن يَشَآءُ ۚ وَيَضْرِبُ ٱللَّهُ ٱلْأَمْثَٰلَ لِلنَّاسِ ۗ وَٱللَّهُ بِكُلِّ شَىْءٍ عَلِيمٌ Muhammad Habib Shakir Allah is the light of the heavens and the earth; a likeness of His light is as a niche in which is a lamp, the lamp is in a glass, and the glass is as it were a brightly shining star, lit from a blessed olive-tree, neither eastern nor western, the oil whereof almost gives light though fire touch it not- light upon light- Allah guides to His light whom He pleases, and Allah sets forth parables for men, and Allah is Cognizant of all things. Abdullah Yusuf Ali Allah is the Light of the heavens and the earth. The Parable of His Light is as if there were a Niche and within it a Lamp the Lamp enclosed in Glass the glass as it were a brilliant star Lit from a blessed Tree, an Olive, neither of the east nor of the west, whose oil is well-nigh luminous, though fire scarce touched it Light upon Light! Allah doth guide whom He will to His Light Allah doth set forth Parables for men and Allah doth know all things. Allah is the Light of the heavens and the earth. The similitude of His light is as a niche wherein is a lamp. The lamp is in a glass. The glass is as it were a shining star. This lamp is kindled from a blessed tree, an olive neither of the East nor of the West, whose oil would almost glow forth of itself though no fire touched it. Light upon light. Allah guideth unto His light whom He will. And Allah speaketh to mankind in allegories, for Allah is Knower of all things. Amatul Rahmân Omer Allâh is the Extensive Light of the heavens and the earth. His light can be compared to a lustrous pillar on which a lamp is put. The lamp is inside a crystal globe. The globe of glass is as if it were a glittering star. It - the lamp is lit by the oil of a blessed olive tree which belongs neither to the east nor to the west rather welds the whole world in its fold. Its oil is likely to glow forth of itself even if no fire touch it. This lamp is a combination of many lights over and over. Allâh guides towards His light whoever desires to be enlightened. And Allâh sets forth excellent parables for the people, and Allâh alone has full knowledge of every thing. Maulana Mohammad Ali And certainly We have sent to you clear messages and a description of those who passed away before you, and an admonition to those who guard against evil. ۞ اَللّٰهُ نُوْرُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۗ مَثَلُ نُوْرِهٖ كَمِشْكٰوةٍ فِيْهَا مِصْبَاحٌۗ اَلْمِصْبَاحُ فِيْ زُجَاجَةٍۗ اَلزُّجَاجَةُ كَاَنَّهَا كَوْكَبٌ دُرِّيٌّ يُّوْقَدُ مِنْ شَجَرَةٍ مُّبٰرَكَةٍ زَيْتُوْنَةٍ لَّا شَرْقِيَّةٍ وَّلَا غَرْبِيَّةٍۙ يَّكَادُ زَيْتُهَا يُضِيْۤءُ وَلَوْ لَمْ تَمْسَسْهُ نَارٌۗ نُوْرٌ عَلٰى نُوْرٍۗ يَهْدِى اللّٰهُ لِنُوْرِهٖ مَنْ يَّشَاۤءُۗ وَيَضْرِبُ اللّٰهُ الْاَمْثَالَ لِلنَّاسِۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ۙ 35. Allah pemberi cahaya kepada langit dan bumi. Perumpamaan cahaya-Nya, seperti sebuah lubang yang tidak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam tabung kaca dan tabung kaca itu bagaikan bintang yang berkilauan, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang diberkahi, yaitu pohon zaitun yang tumbuh tidak di timur dan tidak pula di barat, yang minyaknya saja hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya berlapis-lapis, Allah memberi petunjuk kepada cahaya-Nya bagi orang yang Dia kehendaki, dan Allah membuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. Share Copy Copy

manfaat surat an nur ayat 35